Mantan Terindah: Romansa Balikpapan & Tentara Australia
Belanda, Jepang, dan Australia tercatat pernah “bersama” Balikpapan. Ketiganya kini hanya menjadi “mantan” karena akhirnya Indonesia yang mempersunting Balikpapan. Lalu siapa mantan terindah?
Belanda adalah negara asing pertama yang berhubungan dengan Balikpapan. Meski sebelumnya ada kemungkinan pedagang
Inggris beredar di Balikpapan. Bahkan komunitas Bugis lebih dulu bermukim di pesisir
Balikpapan.
Orangtua Balikpapan waktu itu, Kesultanan Kutai, “menjodohkan” Balikpapan
dengan Belanda. Sultan Aji Sulaiman mengizinkan kawannya, J.H. Menten
mengeksploitasi Balikpapan.
Belanda lewat konsorsium minyaknya
manfaatin Balikpapan sebagai tempat pengolahan sekaligus pelabuhan minyak. Sampai akhirnya mereka membangun peradaban modern di sepanjang pantai di
tepi Selat Makasar.
Sesudahnya, Balikpapan berhubungan dengan Kekaisaran Jepang. Angkatan Laut
Negeri Matahari Terbit pernah menduduki Balikpapan tiga setengah tahun.
Berbeda dengan Balikpapan yang
dijodohkan dengan Belanda. Jepang memanipulasi Balikpapan dengan janji-janji manis propaganda setelah sebelumnya mengusir pasukan KNIL Belanda.
Tiga setengah tahun yang tidak mudah bagi Balikpapan bersama Jepang. Para
Samurai ini jahat dan suka kekerasan. Balikpapan jadi korban “kekerasan dalam
rumah tangga” saat bersama Jepang.
Lalu ada Australia datang. Tetangga di sebelah selatan ini diwakili para
prajurit dari Divisi-7. Australia bersama
dua kawannya, Belanda dan Amerika Serikat sukses mengusir Jepang dari Balikpapan.
Usai Jepang kalah
dari Sekutu, Belanda berniat kembali ke Balikpapan. Namun boemipoetra di Balikpapan enggan berhubungan lagi dengan para
kumpeni ini.
Padahal Balikpapan masih sulit move on dari Belanda. Alasannya,
sebagai mantan Belanda tinggalin banyak barang kenangan. Barang-barang ini masih ada di wilayah Pertamina atau komplek Kodam
VI/Mulawarman.
Padahal ya, Belanda udah move on banget
dari Balikpapan. Mereka gak pernah tuh datang berkunjung atau sekedar tanya kabar. Ya
harap maklum, mantannya Belanda di Indonesia ini banyak banget.
Jepang masih lebih
romantis sih. Kenangan mereka juga pahit di Balikpapan. Banyak serdadu Jepang
yang tewas dan dimakamkan di Balikpapan. Wajar kalau tiap tahun Jepang masih suka
datang ke Balikpapan.
Lihat saja di
Lamaru. Di sana ada pemakaman dan monumen tuk mengenang hubungan Jepang dengan
Balikpapan. Jepang juga ninggalin
barang-barangnya di Balikpapan. Ya cuma meriam dan gua perlindungan sih.
Nah! Rasanya yang paling
romantis itu ya Australia. Padahal waktu itu mereka gak perlu perang ke Balikpapan. Jepang toh tetap akan menyerah setelah
Hiroshima dan Nagasaki dibom Amerika Serikat.
Waktu ‘jalan bareng’
Australia itu adalah masa-masa paling manis buat Balikpapan. Dengan gagah
perkasa, serdadu negeri Kanguru ini membebaskan Balikpapan dari Jepang.
Hubungan Australia
dan Balikpapan ini mendapat restu dari tokoh-tokoh penting waktu itu. Jendral
MacArthur dan Admiral Louis Mountbatten ikut nengokin Balikpapan dan Australia waktu itu.
Para prajurit muda yang
datang ke Balikpapan ini banyak dari wajib militer. Mereka meninggalkan rumah
dan keluarga demi Balikpapan. Tak hanya makanan, permen pun mereka beri buat
anak-anak lokal.
Bukan hanya itu, tentara
Australia ikut menyebarkan berita
kemerdekaan Indonesia ke orang-orang Balikpapan. Mereka tulus berbagi tawa dan
ceria kemerdekaan saat itu.
Sebagian tentara
Australia ini lebih simpati kepada pejuang Balikpapan daripada Belanda yang
notabene adalah kawan mereka sendiri. Buktinya tentara Australia nyumbang senjata buat pejuang lokal.
Waktu ninggalin
Balikpapan, mereka masih sempat bikin monumen di depan Lapangan Merdeka. Jangan
lupa, cowok-cowok bule nggemesin ini masih
sempat kirim puisi waktu pulang kampung lho.
So sweet kan?
Puisi tentang Balikpapan dari Pte Goodlett 12 Februari 1946 |
Australia ini jelas
romantis banget. Demi kenangan, ada kapal
Angkatan Laut Australia yang dinamai Balikpapan (HMAS Balikpapan). Sampai
sekarang pun Australia masih rutin datang ke Balikpapan setiap tahun.
Di hati ini
hanya engkau mantan terindah
yang selalu kurindukan
-Kahitna