Siapa Sebenarnya Mathilda Penanda HUT Kota Balikpapan?

Kota Balikpapan menentukan hari ulang tahunnya berdasarkan satu peristiwa khusus. Peristiwa pengeboran sumur minyak pada 1897 di Gunung Komendur. Sumur minyak yang dikenal dengan nama Mathilda. Siapa sebenarnya Mathilda?

Kota Balikpapan (1930-an) Sumber: Colonial Architecture

Ciudad Evita adalah satu kota kecil berjarak 20 km dari Buenos Aires, ibukota Argentina. Kota tersebut diberi nama untuk menghormati istri Presiden Argentina, Juan Peron. Peran Evita, sang istri, membuatnya dikenang sebagai perempuan hebat. Tak hanya di Argentina, tetapi jg di dunia.

Sosok Mathilda jelas tidak sekondang Evita Peron. Bahkan tidak semua orang Balikpapan mengenalnya. Mathilda tidak pernah menjadi tokoh politik seperti Evita di Argentina.

Nama Mathilda di Balikpapan tidak terlepas dari sosok Jacobus Hubertus Menten. Balikpapan perkampungan di pesisir teluk itu menjadi kota besar berkat jasa Menten. Bersama Sir Walter Samuel, Menten membangun pelabuhan dan pengilangan minyak Kota Balikpapan.

Tadinya Balikpapan dimaksudkan hanya menjadi pelabuhan dan pengilangan minyak yang dieksploitasi di Sangasanga. Namun minyak pun ditemukan di Balikpapan. Bahkan jauh lebih mudah dibandingkan di daerah sekitarnya.

Menten pun bergerak cepat mengksploitasi minyak di Balikpapan. Sumur minyak di Gunung Komendur itu mulai menghasilkan minyak pada 15 April 1898. Sumur tersebut dikenal dengan nama Mathilda.

Berawal dari Sumur Mathilda, NIIHM (Nederlandsche Indische Industrie en Handel Maatschappij) mengembangkan Balikpapan. Selanjutnya Balikpapan memiliki pelabuhan internasional, dua bandar udara, bahkan pusat hiburan modern.


Mathilda sebenarnya bukan sekedar nama sumur minyak di Balikpapan. Mathilda adalah nama salah satu konsesi tambang yang dimiliki Menten. Sebelum Mathilda, Menten lebih dulu mengerjakan konsesi Louise di Sangasanga.

Setelah Louise dan Mathilda, Koloniaal Verslag 30 Juni 1898 mencantumkan konsesi Charlotte yang meliputi wilayah Gunung Tabur milik Menten. Lalu yang terluas dibandingkan ketiga konsesi di atas adalah Nonny, meliputi 125 ribu hektar.

Selama ini, catatan sejarah menyebutkan nama Mathilda adalah putri dari Menten. Namun catatan lainnya menyebutkan cerita yang berbeda. Mathilda adalah nama dari istri Menten.

Buletin Het Land van Herle yang terbit 1959 menyebutkan nama Mathilda Louis Charlotte van de Wal sebagai istri Menten. Mathilda lahir di Makassar, 14 Oktober  1846 dari pasangan Johannes de Wal dan Albertina van Blommenstein. Ayah Mathilda adalah seorang hakim yang bertugas di Hindia Belanda.

Selain buletin di atas, genealogi keluarga Menten juga muncul di situs geni.com. Pasangan Jacobus Menten dan Mathilda van de Wal memiliki empat orang anak. Berturut-turut adalah Hubert, Otto, Nonny, dan Emile.

Dari catatan ini, kita bisa melihat alasan pemilihan nama konsesi yang diajukan Menten: Mathilda, Louise, Charlotte, dan Nonny. Keempatnya adalah nama istri dan anak dari si “penemu” Balikpapan.

Belum ada catatan keluarga Menten pernah ada di Balikpapan. Namun beberapa penulis menyebutkan anak laki-laki Menten turut serta dalam survey menentukan lokasi pelabuhan. Ia yang menemukan reservoir

Menten dan keluarganya memang kembali dan menghabiskan hidupnya di Belanda. Menten wafat pada 9 Januari 1920 di Hague. Mathilda menyusulnya empat tahun kemudian.

Nama Mathilda masih dilestarikan sebagai monumen sumur minyak di kawasan milik Pertamina. Kendati lokasinya tidak strategis, warga Balikpapan masih bisa meliriknya di sudut jalan.

Pada 2019 silam, sempat terdengar “Matilda” sebagai nama gerakan wanita yang digagas kantor perwakilan Bank Indonesia Balikpapan. Sebuah gerakan untuk mendorong perempuan peduli pada pengendalian inflasi Balikpapan.

Tidak dijelaskan apakah nama ini terinspirasi dari istri Menten atau nama sumur minyak legendaris. Pastinya, Matilda adalah singkatan dari mandiri, terampil, dan berdaya.

Selayaknya Mathilda ataupun Menten menjadi tengara penting bagi Kota Balikpapan. Sayangnya Mathilda kalah populer dibandingkan dongen suster Maria yang melegenda. Sayang sekali nama keduanya tidak diingat dengan layak sebagai sosok penting bagi Balikpapan. Bedankt, Meneer Menten. Bedank, Mevrouw Mathilda!


* Dimuat dengan judul berbeda pada opini laman Tribun Kaltim

Popular Posts