Polisi India Pernah di Balikpapan*
Menyebut seragam baru Satpam Indonesia mirip polisi India tentu merupakan
sebuah candaan. Namun jangan salah, dulu polisi India memang pernah ada dan
bertugas di Balikpapan. Polisi India di Balikpapan didatangkan oleh perusahaan
Inggris, Shell, induk BPM yang mengolah minyak di Balikpapan.
Wajar Shell mendatangkan polisi dari India karena negeri Bollywood itu
adalah koloni Inggris. Pada masa itu, secara de facto Balikpapan
merupakan koloni Inggris dalam wilayah kekuasaan Belanda. Shell memerlukan
tenaga polisi dari India untuk mengamankan pengolahan dan pengilangan minyak
miliknya di Balikpapan.
Hal ini menjadi sorotan Conrad Theodore van Deventer ketika menjadi anggota
parlemen Belanda. Van Deventer menyoroti kru kapal-kapal berbendera Belanda di
Balikpapan yang malah lebih fasih berbahasa Inggris. Tak hanya polisi
India, pekerja asal Inggris mendominasi tenaga asing di Balikpapan.
Hal ini diungkapkan oleh Ita Syamtasiyah Ahyat dalam tesis magisternya di
Universitas Indonesia (1991). Bagaimana ceritanya sampai Inggris mendominasi
Balikpapan, bahkan sampai ada anggapan mengoloni Balikpapan?
Selama ini kita mengetahui Balikpapan sebagai kota yang
dibangun oleh Belanda. Bahkan boleh dikatakan Balikpapan “ditemukan” oleh
meneer Belanda, Jacobus Hubertus Menten. Usai menemukan minyak di Sangasanga,
Menten membangun pengolahan dan pelabuhan minyak di Balikpapan. Ia pun sempat
mengeksploitasi minyak di Balikpapan.
Menten memang berjasa sebagai sosok yang memulai
industri minyak di Balikpapan. Namun cerita Menten tidak panjang di Balikpapan
karena praktis selanjutnya industri minyak di Balikpapan dikerjakan secara
profesional oleh perusahaan internasional. Sejak awal, Menten mendapatkan modal
dari Walter Samuel, pebisnis asal Inggris.
Di Inggris Walter tidak hanya terkenal sebagai pemilik
perusahaan Shell yang bergerak di bidang perkapalan dan perminyakan. Walter
pernah menjadi sheriff, bahkan Wali Kota London. Ia juga memiliki gelar
bangsawan “sir” dari Kerajaan Inggris.
Walter Samuel juga adalah sosok penting dalam sejarah perminyakan dunia. Ia adalah mitra bisnis Alphonse Rothschilds pendiri perusahaan minyak Bnito Oil. Walter disejajarkan dengan John D Rockefeller, pemilik Standard Oil yang dianggap orang terkaya Amerika Serikat di era modern.
Namun sulit mencari jejak atau pun catatan Walter
pernah ke Balikpapan seperti Menten. Daniel Yergin dalam bukunya “The Prize:
The Epic Quest for Oil, Money, and Power” menyebutkan, urusan Walter di Kutai
dan Balikpapan diwakilkan oleh keponakannya, Mark Abraham.
Kendati sejak awal minyak di Balikpapan dikerjakan atas
nama NIIHM (Nederlandsche-Indische
Industrie en Handels Maatschappij), operasionalnya dikendalikan oleh Inggris.
Insinyur-Insinyur Inggris yang membangun kilang, pelabuhan, bahkan rel kereta
di Balikpapan. Jadi wajar saja, Inggris terlihat mendominasi di Balikpapan.
Pada 1907 Shell terpaksa harus merger dengan Royal
Dutch Petroleum, perusahaan minyak Belanda yang dipimpin Henry Deterding. Merger
keduanya inilah yang kemudian membentuk Bataafsche Petroleum Maatschappij (BPM),
perusahaan Belanda dengan roh Inggris di dalamnya. Shell memiliki 40 persen
saham, sedangkan Royal Dutch menguasai 60 persen sisanya.
Perusahaan hasil merger ini justru terus berkembang
sampai sebelum Jepang menduduki Balikpapan. Pada masa Jepang, Mitsubishi Oil
mengerjakan industri minyak di
Balikpapan. Usai kemerdekaan, perusahaan Inggris ini kembali beroperasi di
Balikpapan sampai 1960an sebelum mengalami nasionalisasi menjadi Permina (lalu Pertamina).
Selain karena perusahaan minyak, Balikpapan sempat menjadi
sangat Inggris pada 1945. Saat operasi tentara Sekutu di Balikpapan, mereka menggunakan
nama-nama Inggris sebagai sandi militer Balikpapan. Hal ini masih dapat kita
lihat dalam peta peninggalan Operasi Oboe Two yang tersimpan di Australian War
Memorial.
Persimpangan Gunung Sari dan Gunung Malang Balikpapan
disebut sebagai Blyth’s Junction. Jalan Ahmad Yani disebut dengan Valley Road. Sementara
Jalan Sudirman disebut dengan istilah Vasey Highway. Nama Vasey diambil untuk
menghormati Jenderal George Vasey, salah seorang veteran perang Australia.
Jejak Inggris di Balikpapan memang nyaris tak
terlihat. Balikpapan bukan Singapura atau Hongkong yang kental dengan jejak Inggris.
Jangankan jejak Inggris, jejak sendiri pun sulit dicari di Balikpapan.
Seandainya jejak-jejak masa lalu Balikpapan bisa
dirawat dan dilestarikan. Ah! Maaf kalau itu masih jadi mimpi saya. Iya, mimpi
saya, bukan mimpi Mba Lidia atau Mba Kinan. Biar saja mereka bermimpi ke
Kapadokia. Mimpi saya adalah Balikpapan yang lebih baik. Selamat ulang tahun,
Balikpapan!
*Dimuat di web Tribun Kaltim dengan judul berbeda.