Pesona Air Terjun Cipendok

Jalan setapak berbatu mulai basah dan terasa semakin licin. Padahal matahari di atas kepala masih perkasa menyinari bumi. Gemericik air bersahutan bersama deras arus sungai meski tak tampak mata. Pertanda harus hati-hati melangkah. Air terjun semakin dekat!
Pesona Air Terjun Cipendok yang mengalihkan kita menuju eksotisnya alam pegunungan.


Menuju Curug Cipendok, dari lokasi parkir kendaraan kita harus mendaki jalan setapak berbatu. Jaraknya sekitar 500 meter. Semakin dekat ke lokasi air terjun, jalan semakin licin karena basah akibat derasnya air terjun yang turun dari atas lereng Gunung Slamet ini. 

Berhati-hatilah karena jurang di sebelah kanan. Sementara bukit berbatu di kiri. Perjalanan jelas melelahkan. Namun tak perlu kuatir. Ada pedagang makanan dan minuman di sepanjang jalan menuju air terjun. 
 
JALAN setapak menuju lokasi air terjun.
Lelah melangkah pun dijamin terbayar dengan takjubnya air terjun. Air deras yang turun dari bukit setinggi puluhan meter menuju sebidang danau. Airpun mengalir sampai jauh. Sepanjang sungai jernih berbatu. 

KABUPATEN Banyumas identik dengan objek wisata pegunungan. Berada di lereng Gunung Slamet memberi berkah tersendiri. Salah satu objek yang terkenal adalah Lokawisata Baturraden. Selain Baturraden, di sebelah utara kota masih ada Pancuran Pitu, Telaga Sunyi, dan Curug Ceheng.

Curug Cipendok berjarak 15 km sebelah barat pusat kota Purwokerto. Tepatnya di Desa Karang Tengah, Kecamatan Cilongok. Sudah cukup lama tidak berkunjung ke sana. Februari 2014 lalu, jalan masuk menuju air terjun rusak parah. Ditambah tanjakan curam berliku-liku membuat pengunjung yang membawa mobil harus ekstra waspada.

Curug Cipendok berada di ketinggian sekitar 1.300 di atas permukaan laut membuat suhu udara di sekitarnya sangat sejuk. Temperaturnya berkisar antara 18-25 derajat Celcius. Jalan masuk mulus hingga ke area air terjun. Sepanjang kiri dan kanan jalan, kesuburan lahan pertanian menghampar hingga kaki bukit.

Asal mula nama Curug Cipendok memiliki kisah tersendiri. Usai Perang Diponegoro, pemerintah kolonial Belanda menugaskan Wedana Ajibarang bernama Ranusentika bekerja rodi membabat hutan di lereng gunung ini. Untuk mengusir rasa bosan dan lelah, dia pergi memancing ikan di sebuah air terjun.

Ketika kail diarahkan ke kedung, Ranusentika merasa ujung kail ditarik seekor ikan besar. Namun ketika ujung kail ditarik, bukan ikan besar yang tersangkut. Melainkan pendok atau warangka keris berwarna kuning keemasan. Sejak itulah air terjun ini dinamai Curug Cipendok.

Kekhasan alam sangat terasa mulai dari hutan, air sungai yang jernih, sampai asrinya lokasi  perkemahan. Ini hanya salah satunya saja. Jika Anda ingin mengunjungi Curug Cipendok, bersiaplah membawa payung atau jas hujan, minimal pakaian ganti.

Sebab pancaran air dari Curug Cipendok yang tinggi bisa mencapai radius puluhan meter. Keasrian wilayah Curug Cipendok benar-benar menjadi daya tarik tersendiri, Kesunyian juga masih terjaga karena belum banyak pelancong yang datang.

Di sekitar lokasi Curug Cipendok, terdapat pula Telaga Pucung. Telaga ini dikelilingi hutan pinus dan damar, sehingga cocok sebagai camping ground. Kompleks Telaga Pucung meliputi lahan seluas tiga hektar.
SUNGAI di sekitar Air Terjun Cipendok menjadi daya tarik lainnya.

Di sini, pengunjung juga dapat mendengar suara-suara burung langka seperti elang Jawa yang terbang berputar-putar di atas telaga. Sedangkan bagi pengunjung yang beruntung dapat melihat spesies endemik sejenis monyet berwarna abu-abu yakni rek-rek.

*Tulisan ini memperbarui artikel penulis yang pernah dimuat di Harian Tribun Kaltim

Popular Posts