Memori Kelam Perdana Menteri Jepang di Balikpapan
Perang Pasifik menyisakan jejak cerita di Balikpapan. Tak hanya cerita heroik. Ada pula memori kelam. Kenangan kelam nan pahit yang melibatkan nama besar Perdana Menteri Jepang.
Suharti
(15 tahun) tak membayangkan jalan hidupnya bakal pedih. Ketika suatu saat orangtua
dia dipanggil menghadap lurah di desanya.
"Orang
tua saya dipanggil Pak Lurah. Lalu Pak Lurah bilang kalau anak Bapak mau
dididik, disekolahkan di Balikpapan. Lalu setelah lulus nanti kerja di
kantor-kantor."
Inilah
kutipan pengakuan Suharti. Di usia 15 tahun ia dipaksa menjadi seorang Jugun Ianfu (wanita penghibur) di Ianjo Kota Balikpapan pada masa
pendudukan Jepang.
Nama
Suharti lalu diganti menjadi Sakura selama menjadi pemuas serdadu-serdadu
negeri Matahari Terbit. Tak punya pilihan lain, setiap hari Suharti harus
melayani nafsu belasan tentara.
Cerita
Ianjo atau comfort station di Balikpapan ini terungkap beberapa tahun lalu.
Tak tanggung-tanggung, kisahnya melibatkan tokoh penting Jepang. Yaitu mantan
Perdana Menteri Jepang, Yasuhiro Nakasone.
Sebuah
lembaga di Jepang menyodorkan dokumen yang membuktikan keterlibatan PM Jepang
periode 1982-1987. Nakasone muda berpangkat letnan saat bertugas menjadi paymaster (shukei-cho) di Angkatan Laut (AL)
Jepang.
Di
usia 23 tahun kala itu, Nakasone bertugas memimpin 3.000 prajurit membangun
pangkalan udara AL Jepang di Balikpapan. (Sumber lain menyebut perawatan
bandara di Balikpapan).
Hingga
suatu saat Nakasone mengetahui prajurit Jepang terlibat dalam perjudian dan keributan dengan
teman sendiri. Serdadu Jepang juga menyerang perempuan-perempuan lokal
Balikpapan.
Nakasone
pun berinisiatif membangun comfort
station untuk para serdadu. Nakasone menyediakan perempuan lokal untuk
menghibur para tentara. Ia berdalih membangun comfort station ini untuk menaikkan mood prajurit.
Dalam
dokumen aslinya terdapat peta lokasi Ianjo
di Balikpapan. Sayangnya saat ini kita belum bisa melihat peta tersebut. Namun,
kita tahu salah satu tempat hiburan milik Jepang di Balikpapan adalah Nipon Inn.
Dokumen
militer Australia mengungkapkan Nipon Inn berada di Milford Highway yang saat
ini disebut Jl. Soekarno Hatta. Kawasan ini masuk dalam wilayah administrasi
Kelurahan Muara Rapak.
Nakasone
berkilah comfort station yg ia bangun
hanyalah fasilitas rekreasi. Nakasone lolos dari pengadilan kejahatan perang di
Tokyo,19 Januari 1946. Ia lalu berkarier di Partai Liberal Demokrat hingga
menjadi perdana menteri.
Pada
saat pasukan sekutu mulai menyerbu Balikpapan, Suharti ikut melarikan diri
bersama Sembilan Ianfu lainnya. Mereka harus berjalan kaki 52 hari menerobos
hutan di Kaltim sebelum tiba di Banjarmasin.
Di
Banjarmasin, Suharti dan kawan-kawannya masih sempat dipaksa melayani
tentara Jepang. Penderitaan mereka baru berakhir saat Jepang benar-benar
menyerah pada sekutu Agustus 1945.
Suharti
dengan kursi rodanya sempat mengunjungi kantor Nakasone di Tokyo pada 2011/2012
lalu. Ia datang bersama pengacara dan aktivis pembela eks Ianfu.
Namun
diberitakan Nakasone tak berani menemui rombongan Suharti. Sungguh ironis, pria
yang pernah memimpin 3.000 prajurit dan memerintah Jepang tak berani menemui
perempuan di atas kursi roda.
Sumber:
-
Toshiyuki Tanaka Japan's Comfort Women: Sexual Slavery and Prostitution During World War
II and the US Occupation page 78-79 Psychology Press 2002.
-
http://www.internationalpeaceandconflict.org/profiles/blogs/former-prime-minister-nakasone-had-built-comfort-stations-in#.Vd5QvJdkCNU.