Maestro-Maestro Perang di Balikpapan



Nilai historis Balikpapan tak kalah dibandingkan Surabaya, Bandung, atau Ambarawa. Jenderal bintang lima, laksamana bintang lima pernah hadir di Balikpapan pada masa perang dunia kedua.

Laksamana Louis Mountbatten menyalami personil AU Australia di Sepinggan_KOLEKSI AWM


Balikpapan tak pernah dilirik dalam sejarah perang Indonesia. Kita lebih kenal Pertempuran 10 November di Surabaya, Bandung Lautan Api, dan Palagan Ambarawa.

Sejarah arus utama menceritakan sejumlah kisah perang dahsyat di Indonesia. Beberapa di antaranya sudah disebut di atas. Perang di Surabaya November 1945 mengorbankan sedikitnya enam ribu jiwa, sementara 200 ribu warga mengungsi.

Di Bandung 24 Maret 1946, tentara bersama warga Bandung membakar rumah-rumah mereka. Pembakaran inilah yang sebenarnya membuat Bandung menjadi lautan api.

Pertempuran Ambarawa memuncak November 1945. Waktu itu Overste (Letkol) Isdiman tewas saat hendak merebut dua desa yang diduduki lawan. Di bawah koordinasi Sudirman, perang berlangsung selama empat hari 12-15 Desember 1945. 

Pertempuran-pertempuran di atas wajar dicatat dengan tinta emas dalam sejarah Indonesia. Nama Ambarawa, Bandung, dan Surabaya ikut terangkat karena catatan sejarah ini. Pahlawan-pahlawan pun muncul dari sana.

Nun jauh di seberang lautan pernah berlangsung rangkaian perang yang dahsyat. Operasi Oboe Two dilancarkan pasukan sekutu demi merebut Balikpapan dari Jepang. 

Memang penduduk lokal tidak turut berperang di sini. Namun keganasan perang di Balikpapan tak kalah tragis. Australia menyatakan kalau Oboe Two adalah operasi skala besar terakhir yang mereka lakukan pada perang dunia kedua.

Puluhan ribu serdadu sekutu dilibatkan. Bukan hanya pasukan Australia dan Selandia Baru. Tapi bantuan juga datang dari Angkatan Laut, Udara dan Marinir Amerika Serikat, bahkan termasuk pasukan Belanda.

Sementara itu Jepang yang menduduki Balikpapan bertahan dengan pasukan markas ditambah batalyon infanteri. Perang pun berlangsung mulai Juli 1945 di pantai, perbukitan, dan hutan-hutan Balikpapan.

Bukan bermaksud membandingkan dahsyatnya peperangan, karena sejatinya tak ada kemegahan dalam perang, padahal hanya rugi yang didulang. Lagipula tulisan ini sekedar mencoba mengemukakan sejarah Balikpapan.

Nilai penting Balikpapan bisa dilihat dari perhatian para petinggi-petinggi militer yang pernah datang. Setidaknya ada tiga nama tenar yang pernah hadir di Balikpapan. Jenderal-jenderal ini  berpengalaman perang di banyak negara.

Jenderal pertama yang datang ke Balikpapan adalah Shizuo Sakaguchi (17 Januari 1887). Letnan Jenderal Angkatan Darat Kekaisaran Jepang memulai karirnya pada 1910 di kesatuan infanteri.

Pada November 1941, Sakaguchi memimpin batalyon infanteri (kemudian dikenal dengan Batalyon Sakaguchi) menyerang Hindia Belanda. Sebulan kemudian merebut Davao lalu menaklukkan Jolo pada 24 Desember.

 
Ferry Salim sebagai Shizuo Sakaguchi dalam Film Soekarno_KAPANLAGI

Pada Januari 1942 ia ikut menaklukkan Tarakan. Tak sampai dua minggu kemudian ia menggempur Balikpapan lalu merebutnya dari pasukan KNIL. Pada 1 Maret Sakaguchi sudah sampai di Jawa untuk merebut Cilacap seminggu kemudian.

Sakaguchi (diperankan Ferry Salim) ini muncul dalam film Soekarno (2013). Ia digambarkan sebagai perwira Jepang yang mempropaganda Soekarno menyediakan wanita penghibur bagi serdadunya.

Selanjutnya ada Jenderal Douglas Macarthur (26 Jan 1880) yang pernah hadir di Balikpapan. Ia datang tak lama setelah sekutu memulai Operasi Oboe Two. Australian War Memorial (AWM) mendokumentasikan kehadirannya pada 1 Juli 1945.

 
Douglas Macarthur menyusuri Klandasan usai Sekutu merebut Balikpapan 1945_KOLEKSI AWM

Ia datang bersama Letjend Leslie Morshead (Komandan Jenderal Corps 1 AD Australia) dan Mayjend EJ Milford (Komandan Jenderal 7th Division AD Australia). Macarthur pernah menjadi Kepala Staf AD Amerika Serikat (AS) dan Field Marshal (pangkat di atas jenderal bintang empat) angkatan perang Filipina.

Macarthur berkunjung ke Balikpapan sebagai panglima tertinggi pasukan sekutu wilayah Pasifik Barat Daya. Meliputi Filipina, Hindia Belanda, Papua, Australia, dan Kepulauan Solomon.

Atas jasanya, Ia dianugerahi pangkat jenderal bintang lima. Dalam catatan militer Amerika Serikat hanya sembilan orang yang pernah dapat gelar ini. Selain Macarthur ada George Marshall, Dwight “Ike” Eisenhower, Henry Arnold, dan Omar Bradley. Nama lainnya adalah William Leahy, William Halsey, Ernest King, dan Chester Nimitz.

 
Parade pasukan sekutu saat inspeksi oleh Laksamana Mountbatten di Gunung Pasir_KOLEKSI AWM

Laksamana Lord Louis Mountbatten (25 Juni 1900) juga pernah hadir di Balikpapan. Ia tiba di Bandara Sepinggan 10 Desember 1945. Saat melakukan inspeksi di Balikpapan, ia adalah panglima tertinggi pasukan sekutu wilayah Asia Tenggara.

Jabatan bangsawan Inggris ini sangat panjang, mulai Gubernur Jenderal India hingga chairman komite militer NATO. Sama seperti Macarthur, ia juga menyandang pangkat bintang lima.


Masih ada nama Yasuhiro Nakasone yang diketahui pernah bertugas di Balikpapan saat perang Pasifik. Namun, saat itu ia belum menjadi jenderal. Meskipun Nakasone sempat menjadi Perdana Menteri Jepang. Kisah Nakasone di Balikpapan ada di tulisan lain blog ini.

Soal cerita perang di Balikpapan sudah banyak ditulis. Cerita Jepang merebut Balikpapan pada 1942 atau hikayat pembantaian serdadu KNIL di tahun yang sama. Ada juga kisah Perang Balikpapan pada 1945.

Konon seandainya Balikpapan tak direbut Australia saat itu, perang pasifik masih akan berlanjut. Sementara sejarawan Australia menyayangkan penyerangan tersebut karena bom atom Hiroshima-Nagasaki cukup mengalahkan Jepang.



Jadi tak hanya Surabaya, Bandung, atau Ambarawa.
Balikpapan juga punya cerita!

Popular Posts