Kahyangan di Jantung Jawa
PESONA pemandangan telaga berpadu hijaunya perbukitan khas Dataran Tinggi Dieng |
EKSOTISNYA Telaga Pengilon di Dataran Tinggi Dieng menjadi spot foto yang menarik |
Tentunya bukan sembarangan Dieng mendapat julukan sebagai
kahyangan, tempat para dewa. Nama Dieng (Ardi dan Hyang) berasal dari bahasa
Sanskerta yang berarti gunung tempat dewa-dewi.
Dataran Tinggi Dieng (Dieng Plateau)
terletak 55 km di timur laut Banjarnegara dan
26 km utara Wonosobo. Dua kabupaten yang berada di bagian pusat Jawa Tengah. Kawasan seluas 8.359 hektar ini merupakan dataran setinggi 2.093
meter di atas permukaan laut.
Dieng memanjakan Anda dengan rangkaian perbukitan Gunung Prau (2.565
m), Jurang Grawah (2.450 m), dan Gunung Kendil (2.326 m). Suhu udara di siang
hari yang tak sampai 20 derajat celsius semakin menegaskan kesejukan yang
memanjakan.
Tak hanya sejuknya perbukitan menjadi daya tarik utama Dieng.
Sejumlah telaga melengkapi hamparan panorama hijau yang semakin mengundang
decak kagum. Ada Telaga Cebongan di kaki bukit Sikunir. Ada Telaga Merdada,
Telaga Swiwi, dan Telaga Dringo.
Serta Telaga Pengilon (cermin) dan Telaga Warna yang letaknya
berdampingan. Nama terakhir merupakan yang paling terkenal karena memiliki
kelebihan tersendiri. Warna air di Telaga Warna bisa berubah pada saat-saat
tertentu.
Di bagian lain, ada kawah-kawah aktif yang masih mengepulkan asap belerang dan golakan
lumpur panas. Selain dijadikan
objek wisata seperti kawah Sikidang, lainnya menjadi sumber pembangkit listrik.
Sementara kawah-kawah yang sudah
mati seperti Sumur
Jalatunda dan kawah Sinila menjelma menjadi sumur raksasa. Lubang permukaan mencapai 200 meter persegi dengan kedalaman hingga 100 meter.
Perpaduan bermacam wahana alam yang indah nan eksotis ini
seakan menjadi bukti Dieng adalah surga. Setidaknya surga bagi pemuja keindahan
pegunungan. Namun tak hanya keindahan alam yang membuat Dieng pantas disebut
kahyangan, tempat tinggal para dewa.
Dataran tinggi ini dipenuhi oleh situs warisan budaya yang dibangun mulai sekitar abad VII. Kompleks candi
Hindu ini bahkan lebih tua dari Prambanan yang dibangun abad VIII.
Candi sebagai tempat pemujaan ini turut mencerminkan konsep Dieng sebagai kahyangan.
Candi sebagai tempat pemujaan ini turut mencerminkan konsep Dieng sebagai kahyangan.
Candi yang ada di
kawasan Dieng, di antaranya Gatotkaca, Bima, Arjuna, Semar, Sembada, dan
Dwarawati. Tak hanya kuno, tetapi juga penuh mitos penuh misteri nan mistis. Hal
ini diperkuat dengan keberadaan sejumlah gua yang menjadi tempat olah
spiritual.
Misalnya, gua
Jaran, Semar, dan gua Pengantin yang berada di sekitar Telaga Warna. Masih ada
situs batu tulis Semar di kompleks yang sama. Menurut Taufik, pemandu wisata
Dieng, situs-situs ini akan semakin ramai dikunjungi pada malam satu suro atau
malam tahun baru Jawa.
"Kalau malam satu suro ya banyak orang semedi di sini. Selain itu paling hanya satu atau dua orang saja yang datang. Yang jelas harus dapat izin dari juru kunci di sini dulu," ungkap Taufik. Tertarik mengunjungi kahyangan di jantung Pulau Jawa?
"Kalau malam satu suro ya banyak orang semedi di sini. Selain itu paling hanya satu atau dua orang saja yang datang. Yang jelas harus dapat izin dari juru kunci di sini dulu," ungkap Taufik. Tertarik mengunjungi kahyangan di jantung Pulau Jawa?