Chapter IV: Masa sih Aku gak Romantis?



Romantic is not different thing that you do to girl every day.
Romantic is a thing that you do to a same girl for the rest of your life.

Aku bukanlah laki-laki romantis. Begitulah dia menilaiku. Menurut dia, aku tidak pernah memberinya kejutan. Jangan membayangkan aku meminangnya dalam adegan bak drama-drama Hollywood. 

Rencanaku mengajaknya menikah dulu atas sepengetahuan dia juga. Aneh? Ya aneh! Itu tadi, semua rencanaku biasanya kudiskusikan dengan dia. Aku tak pernah tahan menyimpan kejutan untuknya.

Ini bukanlah pembelaan diri. Bukan pula usaha membuktikan diri kalau aku sebenarnya romantis. Karena sejatinya romantis itu bukan sekedar memberi kejutan baru setiap hari kepada pasangan. 

Era romantik di Eropa merupakan reaksi atas rasionalisme. Di saat rasionalisme tersandera pikiran kognitif, para penganut romantisme menekankan emosi-afeksi. Romantisme mengutamakan perasaan, gaes!

Masa sih aku gak romantis? Dulu dia pernah berpikir aku seperti Khalil Gibran. Iya, Khalil Gibran yang jadi inspirasi lirik-lirik grup musik sekelas Dewa itu. Kenyataannya memang aku jauh untuk disamakan dengan Gibran.
Tadinya dia pikir aku seperti Gibran.
  
Meskipun aku yakin pesan singkatku waktu pacaran dulu termasuk manis. Sayang pesan-pesan manis itu tersalur lewat ponsel berplatform java. Mulai dari Nokia 3310 dengan permainan Snake II, hingga ponsel sejuta umat Nokia 6600.

Di masa-masa itu, sangat sulit mengabadikan pesan singkat di ponsel. Jangankan fasilitas screenshot, screen capture, atau screen grab, Keypad-nya aja masih angka semua! Beruntung Mark Zuckerberg ciptakan Facebook (FB)!

Hati yang membuncah akibat menanggung rindu bisa tersalurkan lewat dinding FB. Untungnya, dia yang kupacari dulu, kini jadi istriku. Jadi, meski halaman FB zaman dulu dibuka lagi gak akan jadi masalah.

Mau tahu apa yang kutulis di dinding FB saat waktu tak memberi kesempatan untuk rinduku? “Sy boleh buta warna. Tp sy yakin, km adalah warna merah muda dalam hidup ini…” -27 November 2010.
Nih bukti dinding FB-ku dulu...

Masa sih aku gak romantis? Film-film inspiratif nan unyu-unyu seperti 10 Things I Hate About You, Down to You, dan 50 First Dates itu habis kulahap. Juga film seperti Definitely Maybe, The Notebook, atau The Lake House.

Aku juga tak asing dengan novel-novel romantis metropop. Beberapa judul yang kuingat, A Very Yuppy Wedding, Antologi Rasa, dan Divortiare. Lagu romantis? Baca aja chapter sebelum ini.

Aku bahkan memberinya hadiah novel “5cm.” Waktu itu novel ini belum begitu populer. Aku tak begitu peduli maksud novel itu. Yang jelas novel itu bercerita tentang perjalanan. Kami berdua memang suka jalan-jalan.

Jelek-jelek begini, aku dan dia juga pernah mengalami masa-masa menggelikan saat pacaran. Kami yang berbeda kota tentunya banyak menghabiskan waktu lewat paket telpon hemat di malam hari.

Jadilah kami ABG arus utama yang harus rebutan menutup telpon terakhir. “Cece aja ya yang tutup telpon duluan.” “Gak. Koko aja yang duluan! Kan ini koko yang nelpon.” Gelik!

Masa sih aku gak romantis? Tau gak kalo aku ngucapin selamat jadian dan selamat ultah pernikahan gak cuma setahun sekali? Tapi setiap bulan, gaes! Aku ngucapin bukan cuma ulang tahun jadian dan pernikahan kami, tapi juga ulang bulan!

O ya. Juli adalah bulan spesialku. Tiga perempuan yang menjadi semestaku berulang tahun di bulan ini. Mamaku, istriku, dan anakku. Kakakku dan adik iparku juga berulang tahun di Juli. Selamat ulang tahun ya, semua!

Tanggal jadian kami itu tepat di hari ulang tahun dia. Sementara tanggal pernikahan kami tepat di hari ulang tahunku sendiri.

Masa sih aku gak romantis?

Even if romance ran out of rhyme.
You would still have my heart until the end of time.
- James Brickman

............to be continued.................

Popular Posts